Dengan
mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an, kita dapat memahami bahwa pada tahap pertama
kehidupan alam akhirat bukan dihidupkannya kembali manusia, tetapi terjadi
per-ubahan yang menyeluruh di dalam sistem dan hukum alam semesta, lalu
terjadilah alam akhirat yang memiliki ciri-ciri khas yang tidak mungkin dapat
kita ketahui secara detail. Dan nyatanya, kita tidak memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai hal itu. Ketika hari itu terjadi, seluruh umat manusia akan
dibangkitkan secara bersamaan, dari manusia pertama yang diciptakan Allah SWT
sampai manusia terakhir, agar mereka semua dapat melihat akibat dan hasil dari
perbuatan mereka di dunia ini, yang kemudian mereka akan menempati surga atau
neraka selama-lamanya.
Ayat-ayat
Al-Qur’an yang berhubungan dengan masalah ini banyak sekali, sementara
pembahasan tentangnya memerlukan waktu dan tempat yang cukup, untuk itu pada
kesempatan ini kami akan menjelaskannya secara singkat saja.
Kondisi
Bumi, Laut dan Gunung
Ketika
Hari Kiamat tiba, terjadi goncangan bumi yang luar biasa dahsyat. Bumi ini
memuntahkan seluruh isi perutnya ke luar, berhamburan dan hancur berantakan.
Lautan meluap dan terbelah. Gunung-gunung bergerak dan berguncang keras,
kemudian pecah beserpihan bagaikan butir-butir pasir yang berserakan,
beterbangan bagaikan kapas-kapas yang bertebaran di udara. Gunung-gunung yang
menjulang tinggi itu pun tak ubahnya dengan fatamorgana, tak lagi meninggalkan
bekas keperkasaannya. Lihat surah Az-Zilzal: 1-2, Al-Hajj: 1, Al-Waqi’ah: 4,
Al-Muzammil: 14, Al-Insyiqaq: 4, Al-Haqqah: 14, Al-Fajr: 21, At-Takwir: 6,
Al-Infithar: 3, Al-Kahfi: 47, An-Nahl: 88, Ath-Thur: 10, Al-Takwir; 2,
Al-Ma’arij: 9, dan Al-Qari’ah: 5.
Kedaaan
Langit dan Bintang-bintang
Al-Qur’an
memberikan gambaran tentang keadaan benda-benda langit ketika Hari Kiamat tiba.
Bahwa bulan, matahari, bintang-bintang yang begitu besar, bahkan sebagian
bintang-bintang itu lebih besar dari bumi yang kita tempati ini, yang lebih
terang jutaan kali lipat dan sinarnya dari matahari yang kita lihat, semua itu
akan hancur dan sinarnya menjadi pudar lalu padam. Segala gerak, tatanan dan
aturannya menjadi hancur. Matahari bertabrakan dengan bulan. Adapun langit yang
kita lihat akan bergoncang, terbelah dan hancur. Gugusan langit akan luluh
bagaikan barang-barang tambang yang diluluhkan dan mencair. Alam ini dipenuhi
dengan asap tebal dan awan gelap. Lihat surah Al-Qiyamah:
8-9, Al-Takwir: 1-2, Al-Infithar: 2, Ath-Thur: 1, Al-Haqqah: 16, Ar-Rahman: 37,
Al-Mursalat: 9, An-Naba’: 19, Al-Anbiya’: 104, Al-Furqan: 25, Ad-Dukhan: 10.
Jerit
Kematian
Dalam
kondisi seperti itu, ditiuplah sangkakala, jerit kematian pun menyeruak ke seluruh
jagad. Ketika itu, seluruh manusia dan makhluk hidup mengalami kematian. Tidak
sesuatu pun yang tersisa di dunia ini. Pada detik-detik peristiwa itu terjadi,
seluruh manusia merasa ketakutan dan panik. Mereka goncang dan kebingungan,
kecuali orang-orang mukmin yang memahami hakikat wujud ini, segala hikmah dan
rahasianya, hati mereka tenggelam dalam makrifat dan mahabbah (cinta)
kepada Allah SWT.
Jerit
Kebangkitan dan Permulaan Kiamat
Setelah
peristiwa itu terjadi, alam akhirat pun memasuki babak baru; alam yang memiliki
potensi untuk kekekalan dan keabadian.Nur Ilahi memancarkan sinarnya, jeritan
kebangkitan menggema, nusyur segera berlangsung, seluruh umat manusia serta binatang-binatang
pun dihidupkan kembali hanya dengan sekejap saja. Seluruh manusia diliputi
kebingungan dan goncangan jiwa yang dahsyat bagaikan kupu-kupu yang beterbangan
tanpa arah.
Kini,
mereka berada di satu tempat yang agung, berdiri di hadapan Tuhan Yang
Mahabesar untuk dilakukan hisab dan perhitungan amal atas masing-masing. Seluruh
manusia dikumpulkan. Bahkan, sebagian mereka mengira bahwa mereka berada di
alam barzakh hanya sekejap atau sehari saja.
Kerajaan
Allah dan Terputusnya Sebab dan Nasab
Di
alam baru itu tersingkaplah segala hakikat. Kerajaan dan kekuasaan seluruhnya hanya
milik Allah. Seluruh umat manusia menjadi ketakutan dan tidak seorang pun yang
berani atau mampu berkata-kata dan mengangkat suara. Mereka tenggelam di dalam
pikiran masing-masing; tentang nasib dan perjalanan akhir mereka. Bahkan, anak
akan lari dan tak peduli lagi akan ayah dan ibunya. Sanak keluarga satu sama
lainnya saling meninggalkan, hubungan nasab dan keturunan pun menjadi terputus
tak lagi berarti. Hubungan kekerabatan dan persahabatan yang dibina berdasarkan
keuntungan materi, duniawi dan hawa nafsu berubah menjadi permusuhan satu sama
lainnya. Seluruh jiwa manusia dipenuhi oleh penyesalan dan kerugian terhadap
apa yang telah mereka lakukan di dunia. Lihat surah Ibrahim: 21,
Al-'Adiyat: 10, Ath-Thariq: 9, Qof: 22, Al-Haqqoh: 18, Al-Hajj: 56, Al-Furqon:
26, Ghafir: 16, Al-Infithor: 19, Hud: 105, Thaha: 108, An-Naba': 38, 'Abasa:
34, Asy-syuara': 88, Al-Ma'arij: 10-14, Luqman: 33, Al-Baqoroh: 166,
Al-Mu'minun: 101, dan Az-zukhruf: 67.
Mahkamah
Keadilan Ilahi
Kemudian,
dibentuklah Mahkamah Keadilan Ilahi, segala amal perbuatan seluruh manusia pun
dihadirkan. Lembaran amal dibagi-bagikan, setiap amal dibukakan di hadapan
masing-masing pelakunya sebegitu jelas sehingga tidak lagi memerlukan
pemeriksaan terhadap amal tersebut.
Di
dalam mahkamah ini, dihadirkan para malaikat, para nabi dan hamba-hamba pilihan
sebagai saksi-saksi atas berbagai amal tiap-tiap manusia. Bahkan tangan, kaki
dan kulit tubuh pun akan berbicara dan menjadi saksi atas perbuatan seseorang.
Seluruh manusia akan dihisab secara teliti. Segenap perbuatan mereka akan
ditimbang dengan timbangan (mizan) Ilahi. Seluruhnya akan diadili
berdasarkan Keadilan Ilahi, dan masing-masing diri akan melihat hasil
perbuatannya.
Secara
khusus, orang-orang saleh akan dilipatgandakan ganjarannya. Mereka yang membawa
amal kebajikan akan mendapatkan balasan sepuluh kali lipat. Di sana, seseorang
tidak akan menanggung dosa dan perbuatan orang lain. Sementara mereka yang
tersesat dan menyesatkan orang lain akan menanggung kesesatan orang lainnya
yang disesatkannya itu, selain menerima balasan atas perbuatan mereka sendiri,
tanpa kurang sedikitpun.
Pengorbanan seseorang untuk orang lain pada saat itu tidak akan
berarti. Bahkan, syafa'at dan pertolongan seseorang pun tidak akan diterima,
kecuali syafa'at orang-orang yang diizinkan oleh Allah SWT mereka dapat
memberikan syafa'at sesuai dengan timbangan-timbangan yang diridhai Allah SWT. Lihat
surah Al-An'am: 31, 70, 160, Maryam: 39, 87, Yunus: 54, 59, Ali-Imran: 30, 91,
Lukman: 33, Al-Ma'idah: 36, Al-Hadid: 15, At-Takwir: 14, Al-Isra': 49, 13-14,
Al-Haqqah: 19, Al-Insyiqaq: 7-10, Ar-Rahman: 39, Az-Zumar: 7, 24, 69, 75,
Al-Baqarah: 143, 255, 281-286, Ali 'Imran: 140, 25, 161, An-Nisa': 41, 69, Hud:
18, 111, Al-Hajj: 78, Yasin: 65, 54, 47, Fushshilat: 20-21, An-Nur: 24,
Al-Mu'minun: 102-103, Al-Qari'ah: 6-8, Al-Jatsiyah: 17, 22, An-Nahl: 25,
An-Naml: 78, An-Najm: 26, 40-41, 39, Ibrahim: 51, Thaha: 15, 109, Ghafir: 17,
Ath-thur: 21, Al-Muddatsir: 38, Al-'Ankabut: 13, Fathir: 18. Saba': 23, dan
Az-Zukhruf: 87.
Menuju
ke Tempat Abadi
Setelah
pengadilan itu selesai, tibalah babak berikutnya, diumumkanlah keputusan Ilahi.
Orang-orang yang saleh dipisahkan dari orang-orang yang durhaka. Kaum mukmin
menuju ke surga firdaus dengan wajah yang berseri-seri dan penuh gembira. Sinar
Ilahi memancar dan mengantarkan mereka ke tempat keabadian surgawi. Sedangkan
orang-orang kafir dan kaum munafik digiring ke neraka jahanam dalam keadaan
terhina. Wajah mereka hitam dan kotor, berjalan di dalam kegelapan. Ketika itu,
orang-orang munafik berkata kepada orang-orang yang beriman, “Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan
berkata kepada orang-orang yang beriman, ‘Tunggulah kami supaya kami dapat
mengambil sebagian dari cahayamu.’ Ketika itu dikatakan kepada mereka,
'Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya untukmu.” Orang-orang
munafik itu memanggil mereka (orang-orang yang beriman) seraya berkata,
‘Bukankah kami dahulu bersama-sama kalian?’ Mereka menjawab, ‘Benar, akan
tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu kehancuran kami dan kamu
ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan
Allah, dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh setan yang amat menipu.' Maka
pada hari ini tidak diterima tebusan darimu dan tidak pula dari orang-orang
kafir. Tempat kamu adalah neraka, itulah tempat berlindungmu dan
seburuk-buruknya tempat kembali bagimu.” (QS. Al-Hadid:13-15)
Ketika
orang-orang mukmin telah mendekati surga, dibukakan pintu untuk mereka. Para
malaikat rahmat pun menyambut kedatangan mereka seraya mengucapkan selamat
dengan penuh hormat, dan memberi kabar gembira kepada mereka akan kebahagiaan
yang abadi. Lihat surah Al-A'raf: 33, Al-Anfal: 37, Ar-Rum: 14-16, 43-44,
Asy-Syura': 7, Hud: 105-108, Yasin: 59, Az-Zumar: 60, 71, 73, Ar-Ra'd: 23-24,
Ali 'Imran: 106, Al-An'am: 124, Yunus: 27, Maryam: 71-72, 86, Thaha: 101,
124-126, Ibrahim: 43, Al-Qamar: 8, Al-Mi'raj: 44, Al-Ghasyiyah: 2, Al-Isra':
72, 97, 'Abasa: 40-41, Al-Hadid: 13-15, At-Tahrim: 6, dan Al-Anbiya': 103.
Akan
tetapi, tatkala orang-orang kafir dan munafik itu sampai di neraka jahanam,
terbukalah pintu di hadapan mereka, dan para malaikat azab mencaci-maki mereka
dengan kasar dan penuh kedengkian. Mereka diancam dengan siksa pedih
selama-selamanya.
Surga
Di
dalam surga, terdapat taman yang membentang, seluas langit dan angkasa,
dipenuhi oleh aneka ragam pepohonan dengan bermacam-macam buahnya yang sudah
matang dan mudah dipetik. Di dalam taman itu juga terdapat tempat isitirahat
dan bersenang-senang yang sangat luas dan indah, sungai-sungai dengan airnya
yang sejuk, susu, madu dan minuman yang bersih dan segar. Apa pun yang mereka
inginkan tersedia di dalamnya. Bahkan lebih dari apa yang mereka inginikan.
Pakaian
penduduk surga terbuat dari sutra, sundus dan istabrak (jenis sutra) yang dihiasi dengan bermacam-macam hiasan yang
indah. Mereka duduk bersandaran di atas dipan-dipan dan kasur-kasur yang empuk
sambil berhadap-hadapan. Tidak terdengar suara apapun dari penduduk surga
selain puji dan syukur kepada Allah SWT. Mereka tidak pernah berbicara dengan
kata-kata yang sia-sia dan kotor, mereka pun tidak mendengar hal yang serupa.
Mereka tidak diganggu oleh rasa dingin atau pun panas, tidak mengenal rasa
sakit, lelah dan bosan, tidak juga rasa sedih dan takut. Hati mereka bersih,
tidak sedikit pun tergores rasa dengki dan iri.
Para
pelayan anak-anak kecil senantiasa melingkari mereka bagaikan mutiara-mutiara
yang tersimpan rapih, begitu indah dan menakjubkan. Mereka menyajikan
gelas-gelas yang berisikan minuman surgawi nan lezat dan membangkitkan semangat
yang tak terbayangkan. Tidak ada bahaya dan rasa sakit apa pun. Mereka dapat
menikmati berbagai macam buah dan daging burung.
Di
dalam surga, kaum laki-laki mendapatkan pelayanan terbaik dari isteri-isteri
yang cantik, suci dari segala aib dan sangat mencintai suami-suaminya. Lebih
dari itu semua, mereka pun memperoleh kenikmatan ruhani dan keridhaan Ilahi.
Mereka senantiasa mendapat kasih sayang dan kelembutan dari Tuhan Yang
Mahakasih, sehingga mereka hanyut dalam kebahagiaan dan kedamaian yang tidak seorang
pun dapat menggambarkannya. Sungguh kebahagiaan yang tidak ada bandingan.
Segala kenikmatan yang tidak mungkin terbayangkan, dan rahmat, keridhaan serta
kedekatan diri di sisi Allah, semua itu abadi dan tak terbatas.
Neraka
Neraka
adalah tempat akhir orang-orang kafir dan kaum munafik yang tidak mempunyai nur
sama sekali di dalam hatinya. Di tempat itulah seluruh para pendurhaka
dikumpulkan. Neraka masih saja dapat menampung dan menyambut, sampai ia
berkata: “Apakah
masih ada tambahan lagi?”. Di
dalamnya tidak ada selain api dan siksa.
Lidah
api neraka itu menjilat-jilat sampai ke atas dan dari semua arah. Suaranya yang
menakutkan dan penuh murka menambah rasa takut, ngeri dan menggetirkan jiwa.
Wajah-wajah penghuninya masam, redup, gelap, hitam dan sangat jelek. Bahkan,
para malaikat yang dipercaya untuk menjaganya pun berlaku keras dan kejam. Dari
wajah-wajah mereka tidak tampak rasa belas kasih, sedikit pun.
Penghuni
neraka itu dibelenggu dengan rantai-rantai dari besi. Mereka dikelilingi api
neraka dari semua sisi, bahkan mereka sendiri sebagai kayu-kayu bakarnya.
Mereka tidak mendengar apa-apa selain jeritan, rintihan, tangisan dan keluh
kesah para penghuninya, serta teriakan para malaikat yang mengawal mereka.
Wajah-wajah
para penghuni neraka itu disiram dengan air mendidih yang sangat panas sehingga
isi perut mereka pecah. Setiap kali meminta minum, mereka diberikan minuman
dari muhl yang sangat panas dan berbau busuk. Mereka menerima minuman itu
bagaikan unta-unta yang kehausan. Ketika diminum, usus-usus mereka menjadi
terputus-putus dan hancur.
Makanan
mereka terbuat dari pohon zakum, yaitu sejenis pohon yang tumbuh di dalam neraka. Jika mereka
memakannya, akan bertambah pedih siksa mereka, perut mereka terbakar. Adapun
pakaian mereka terbuat dari bahan hitam yang sangat kasar, yang jika dipakai
akan menambah siksa menjadi lebih pedih lagi.
Di
dalam neraka, mereka ditemani oleh setan-setan, jin dan para durjana, sehingga
mereka berangan-angan ingin menghindar jauh. Satu sama lain saling melaknat dan
bertikai. Setiap kali menampakkan penyesalan dan memohon maaf kepada Allah,
mereka malah menerima siksa yang semakin pedih agar mereka diam. Ketika itulah
mereka memohon kepada penjaga neraka. Al-Qur’an mengisahkan, “Para penghuni neraka itu berkata kepada penjaga jahanam,
'Mohonlah kepada Tuhanmu agar meringankan azab kami ini walaupun hanya satu
hari saja!' Mereka menjawab, ‘Bukankah sudah datang kepadamu para utusanmu itu
dengan membawa penjelasan?' Mereka menjawab, ‘Ya.’ Mereka berkata lagi, ‘Kalau
begitu mintalah. Sesungguhnya doa-doa orang-ornag kafir senantiasa dalam
kesesatan.'" (QS.
Ghafir: 49-50)
Begitu
beratnya siksa yang diderita, mereka meminta dimatikan lagi. Akan tetapi,
jawaban yang datang kepada mereka adalah: kalian akan menetap di neraka ini
selama-lamanya. Allah SWT berfirman, “Mereka
memanggil-manggil, 'Wahai penjaga, mohonlah agar Tuhanmu itu mengadili kami
lagi.' Ia menjawab, 'Sesungguhnya kalian akan menetap di sini.'”
Meskipun
diliputi oleh kematian dari semua sisi, mereka tidak mengalami kematian lagi.
Setiap kali kulit mereka terbakar, digantikan dengan kulit yang baru sehingga
siksa itu terus berlangsung, mendera tiada henti.
Akhirnya,
mereka memohon kepada penduduk surga agar memberikan air dan makanan walau
sedikit saja. Jawaban yang datang hanyalah “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan
atas kalian kenikmatan surga. Penduduk surga bertanya kepada mereka, “Apakah yang membuat kamu masuk ke neraka saqar?" Mereka
menjawab, “Kami tidak melakukan shalat, kami juga tidak memberi makan fakir
miskin. Kami tenggelam bersama orang-orang yang durhaka dan kami mendustakan
Hari Kiamat.” (QS.
Al-Muddatstsir: 42-46)
Kemudian
terjadilah adu-bicara sesama mereka sendiri di dalam neraka itu. Orang-orang
yang sesat berkata kepada orang-orang yang menyesatkan mereka: “Sesungguhnya
kalianlah yang telah menyesatkan kami”. Mereka menjawab, “Justru kalianlah yang
menghendaki sendiri hal itu lantas mengikuti kami.” Orang-orang yang tertindas
dan lemah berkata kepada orang-orang yang congkak, “Seandainya tidak karena kalian, maka kami ini adalah orang-orang
yang beriman." Orang-orang yang sombong itu berkata kepada orang-orang
yang lemah, 'Kamikah yang telah menghalangi kalian dari petunjuk setelah
petunjuk itu datang kepada kalian? Tidak, sebenarnya kalian sendirilah
orang-orang yang berdosa.'" (QS.
Saba': 32)
Lalu,
mereka berkata kepada setan-setan, ”Sesungguhnya kalianlah yang telah
menyesatkan kami." Setan-setan itu pun menjawab mereka, ”Dan berkatalah setan ketika urusan hisab telah diselesaikan,
’Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian dengan janji yang benar dan
aku pun telah berjanji kepada kalian akan tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali
tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan sekedar aku ini menyuruh kamu,
lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan
tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak akan dapat menolongmu.
Dan kamu pun tidak akan dapat meno-longku." (QS.Ibrahim:22)
Sungguh,
tidak ada jalan lain di hadapan mereka kecuali menyerah dan menerima siksaan
lantaran kekufuran dan kesesatan mereka. Mereka menetap untuk selama-lamanya di
dalam neraka jahim.
dikutip dari : http://www.al-shia.org/html/id/shia/mesbah/50.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar